Senin, 28 Oktober 2019

Jangan Lindungi Bumi, Boss!


Waktu itu saya lagi di jalan ke tempat nongkrong, tiba-tiba di sebelah kiri saya ada anak-anak muda duduk sambil ngomongin gimana cara menyadarkan orang untuk melindung bumi. Emmm, melindungi bumi? Enggak salah?
            Buat apa melindungi bumi? Apakah penting? Apakah bumi sedang dalam pengejaran polisi alam semesta? Apakah kita sudah merasa lebih kuat dari bumi sampai ingin melindunginya? Kita emang kadang ngehe dalam berlogika. Seolah-olah semua yang kita lakukan di muka bumi ini untuk kebaikan bumi sendiri. Padahal bumi juga sebenarnya tidak terlalu membutuhkan apa yang kita lakukan. Bumi akan ditanami pohon atau ditanami beton tetap jadi bumi. Jadi, jangan berlagak tahu tentang perasaan bumi, deh!
            Tapi banyak orang pasti jawab, “bumi itu udah tua, jadi harus kita lindungi.” Konsep hidup bumi itu bagi saya tidak seperti konsep manusia. Yang kalau semakin tua malah jadi ngerepotin. Konsep bumi itu bagi saya adalah semakin tua semakin berpengalaman. Semakin tahu dia cara menjaga diri.
Mungkin akan banyak yang tidak setuju dengan statement di atas, tapi cobalah berpikir bahwa 4.543 miliar tahun itu artinya bumi sudah hidup sangat lama. Lebih lama dari semua hal yang sekarang ada di atasnya. Dan saya yakin, selama waktu yang begitu panjang, bumi sudah diterpa banyak fenomena alam. Yang kalau kita lihat sekarang, kita pasti akan mengkambinghitamkan usia bumi yang sudah tua. Padahal ketika masih mudapun, bumi sudah diterkam bencana.
Bayangkan diawal-awal bumi ini menjadi planet, matahari menyinarinya begitu saja tanpa ada lapisan yang menghalangi. Bumi dan matahari bebas berteman tanpa ada hijab lapisan ozon yang menghalanginya. Bumi baik-baik saja saja dengan hal seperti itu selama bermiliar-milair tahun.
Lalu entah bagaimana, ada makhluk dari spesies homo yang namanya sapiens yang baru hidup mungkin sekitar beberapa ratus ribu tahun silam berkoar-koar di semua media kalau bumi membutuhkan pertolongannya. Seolah-olah yang lemah itu bumi. Seolah-olah kalau tidak ada manusia bumi ini akan hancur. Padahal itu hanya alibi kita untuk terlihat kuat di atas bumi. Sebenarnya kita hanya takut lapisan ozon menipis karena akan merusak kulit kita. Kesimpulannya, yang takut itu kita bukan bumi.
Manusia yang hidupnya paling lama di muka bumi ini adalah Nabi Nuh, sampai 1.000 tahun. Dan pada waktu itu, Nabi Nuh menyaksikan sendiri hukuman yang ditimpakan kepada kaumnya oleh Tuhan. Untuk yang sering membaca kisah nabi pastinya familiar dengan kisah ini. Benar! Banjir terbesar yang pernah terjadi di muka bumi. Dan apakah banjir itu menyebabkan bumi merintih kesakitan? Tidak!
Sekitar 70.000 tahun silam, bumi mengalami zaman es yang menyebabkan banyaknya kematian makhluk hidup diatasnya. Kemudian sekitar 40.000 tahun silam ada perubahan iklim yang menyebabkan bumi ini memanas. Dan lagi sekitar 20.000 tahun silam bumi mengalami zaman es yang terakhir.  Lalu apakah bumi merintih kesakitan karena itu? Tidak! Bumi dengan cepat pulih kembali, bahkan mungkin bumi tidak pernah merasa bahwa itu adalah hal yang menyakitkan.
Maksud saya, apakah bumi tidak terlalu kuat bagi kita kemudian kita menganjurkan umat sapiens untuk terus melindungi bumi? Lihatlah fakta-fakta sejarah yang menjadikan bumi harusnya kita pandang sebagai makhluk yang tak perlu perlindungan. Bahkan mungkin kita yang memerlukan perlindungannya. Naif dan terlalu sombong kita jika terus-menerus mempertahankan apa yang sekarang sedang ramai dikampanyekan banyak orang.
Masih sangat banyak fakta-fakta sejarah tentang bumi yang katanya sudah tua dan harus kita lindungi ini. Tidak salah lagi, sebenarnya ini hanyalah pembenaran yang kita lakukan untuk menyembunyikan ketakutan kita akan kehancuran dan kematian. Mungkin kita tidak pernah benar-benar mencintai bumi. Mungkin kita hanya menumpang tenar untuk jadi panitia earth hour dan tidak benar-benar menyayangi bumi.
Dan menurut saya lagi, bumi akan selalu menemukan cara untuk membuat dirinya terbiasa akan sesuatu yang baru. Semisal limbah-limbah pabrik atau sampah-sampah pelastik yang katanya butuh waktu 1000 tahun untuk terurai. Bumi sejatinya tidak pernah ada masalah dengan hal seperti itu. Bumi akan selalu baik-baik saja kalau plastik dan limbah dibuang sembarangan. Hanya saja bumi itu juga makhluk, dia butuh menyesuaikan dirinya. Dan sayangnya ketika dia menyesuaikan diri, bisa jadi kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan dia.
Sebagai contoh saja, di Lombok orang-orang masih membuang sampah ke sungai. Karena banyaknya sampah di sungai yang tertumpuk, akhirnya sungai menjadi kotor, bau, dan sering terhambat pergerakan airnya. Yang akhirnya menyebabkan banyaknya anak-anak terkena penyakit menular dan banjir yang menenggelamkan rumah-rumah mereka.
Air menjadi kotor dan bau adalah cara bumi untuk menyesuaikan dirinya dengan sampah-sampah itu. Penghambatan laju air juga cara bumi untuk menyesuaikan dirinya sendiri. Tapi yang menjadi masalahnya, tempat itu menjadi tidak layak huni bagi manusia. Sehingga manusia harus keluar dari wilayah bumi yang sudah menyesuaikan diri itu. Jadi kerugiannya bukan untuk bumi, tapi untuk manusia dan makhluk hidup lain di atasnya.
Ada lagi. Gempa yang terjadi beberapa tahun belakangan ini bisa kita bilang cukup sering. Di Lombok, Palu dan beberapa daerah lain. Kita semua takut akan hal itu. Akhirnya banyak yang mengatakan bahwa ini adalah akibat bumi tersakiti. Padahal itu adalah cara bagi bumi untuk membiasakan dirinya dengan lempeng yang terus bergerak. Tidak ada bedanya dengan ketika tenggorokan kita gatal, lalu kita meredakannya dengan cara batuk. Tidak ada bedanya. Hanya bumi memang menang lebih besar saja.
Jadi, sebenarnya yang perlu dilindungi itu kita. Para manusia yang sok lebih kuat dari yang lain. Para manusia yang merasa hanya karena kita mampu berpikir, pikiran kita itu menjadi 100 % benar. Kita yang harusnya dikampanyekan oleh bumi ke seluruh alam semesta bahwa kita terlalu lemah untuk bisa bertahan di suhu yang tak terprediksi.
Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk bumi? Jawabannya sangat sederhana, akuilah bahwa kita yang membutuhkan bumi dan lakukan yang terbaik untuk memberikan kenyamanan pada kehidupan di atasnya. Karena bumi tidak akan pernah menjadi korban, kita dan makhluk hidupa lain yang menjadi korban.
Jika mengingat kita yang begitu tidak berdaya ini, seharusnya peran kita tidak begitu penting untuk bumi. Tapi sekiranya, jika 250 juta jiwa saja melakukan hal yang sama, sepertinya dampaknya akan sangat terlihat. Misalnya dengan tidak membuang sampah ke sungai dan laut agar bumi tidak menyesuaikan dirinya dan memaksa kita untuk pergi.
Yuk, kita akui kelemahan kita dan mulai berikan kenyamanan bagi kehidupan di atas bumi! Dan jangan lupa, jangan pakai kata “lindungi bumi” lagi, ya!